PEMBELAJARAN
AKSELERASI (ACCELERATED LEARNING)
Makalah
MaTEORI BELAJAR DAN PEFadli
A. Pendahuluan
Belajar
merupakan suatu proses internalisasi pengetahuan dalam diri individu. Aktivitas
belajar akan berlangsung efektif apabila seseorang yang belajar berada dalam
keadaan positif dan bebas dari tertekan (presure). Selama
ini proses belajar yang berlangsung di sekolah maupun program-program pelatihan
yang diselenggarakan cenderung berlangsung dalam suasana yang monoton dan
membosankan. Dalam kondisi ini guru hanya menuangkan ilmu pengetahuan kedalam
kepala siswa yang berlaku pasif yang dikenal dengan istilah “pour
and snoor”. Materi yang diajarkan hanya diceramahkan tanpa ada upaya untuk
melibatkan potensi siswa untuk berfikir dan memberi respon terhadap pengetahuan
yang ditransfer. Kadang–kadang aktivitas belajar disertai dengan ancaman yang
membuat siswa cenderung mencari selamat. Aktivas belajar seperti ini, jelas
tidak akan membuat pembelajar (learner) dapat menciptakan
pengetahuan secara optimal.
Agar dapat mengatasi permasalahan tersebut banyak perubahan mendasar yang perlu dilakukan agar dapat membantu siswa mengembangkan potensi yang dimiliki menjadi kompentesi aktual. Perubahan mendasar yang perlu dilakukan mencakup penggunaan strategi dan metode pembalajaran yang dapat menjadikan proses belajar bukan lagi sebuah proses yang menakutkan tapi menjadi sebuah proses yang menyenangkan (fun) dan dapat membuat seseorang berkreasi dengan pengetahuan yang dipelajarinya.
Agar dapat mengatasi permasalahan tersebut banyak perubahan mendasar yang perlu dilakukan agar dapat membantu siswa mengembangkan potensi yang dimiliki menjadi kompentesi aktual. Perubahan mendasar yang perlu dilakukan mencakup penggunaan strategi dan metode pembalajaran yang dapat menjadikan proses belajar bukan lagi sebuah proses yang menakutkan tapi menjadi sebuah proses yang menyenangkan (fun) dan dapat membuat seseorang berkreasi dengan pengetahuan yang dipelajarinya.
Tulisan ini akan
membahas sebuah buku tentang pembelajaran akselerasi atau Accelerated Learning(AL).
Buku yang dibahas dalam tulisan ini berjudul “The Accelerated Learning
Handbook : a Creative Guide to Designing and Delivering Faster, More
Effective Training Programs”.Dave Meier (2000) membahas secara
rinci tentang cara yang diperlukan untuk membuka tirai kreativitas, sehingga
setiap individu dapat memanfaatkan potensi yang dimiliki untuk
menyelesaikan masalah secara kreatif.
Accelerated Learning sebagai cara untuk menciptakan aktivitas belajar menjadi sebuah
proses yang menyenangkan. Accelerated Learning merupakan
pendekatan belajar yang lebih maju dari pada yang digunakan saat ini.
Implementasi Accelerated Learning pada proses belajar di
sekolah dapat memberikan beberapa keuntungan. Accelerated Learning didasarkan
riset terakhir tentang perkembangan otak dan belajar. Saat ini Accelerated Learning digunakan
dengan memanfaatkan metode dan media yang bervariasi dan bersifat terbuka serta
fleksibel.
B. Masalah
dalam Proses Belajar di Sekolah
Dalam bagian
awal buku ini Penulis – Meier – memberikan opini tentang
masalah -masalah belajar yang sering terjadi di dalam pelaksanaan aktivitas
belajar disekolah. Masalah – masalah yang kerap terjadi di sekolah adalah :
Materi ajar yang
tidak bermakna.
Belajar hanya
berisi ceramah yang membosankan.
Guru hanya
menyuapi (spoon feeding) siswa dengan pengetahuan yang
bersifat superficial.
Proses belajar
bukan merupakan proses yang menyenangkan tapi menakutkan.
Proses belajar
yang berlangsung di sekolah menurut penulis cenderung tidak memberikan
pengetahuan tentang manfaat pengtahuan yang dipelajari. Bahan yang harus
dipelajari hanya bersifat hafalan-hafalan tanpa makna. Siswa tidak diajak untuk
memanfaatkan potensi yang dimiliki untuk membangun pengetahuan yang mempunyai
makna sesuai kebutuhan dan kemampuan. Materi pelajaran yang dipelajari
seringkali tidak dikaitkan dengan dunia dan lingkungan tempat anak tumbuh dan
berkembang.
Metode
pembelajaran yang digunakan oleh guru seringkali tidak variatif dan hanya
merupakan ceramah yang panjang dan membosankan. Penggunaan metode ceramah
memang tidak selamanya buruk, tetapi ceramah bukan satu-satunya cara yang dapat
membuat proses pembelajaran berlangsung optimum. Guru perlu memiliki
kemampuan dalam menggunakan metode pembelajaran yang variatif yang lebih banyak
melibatkan siswa.
Guru seringkali
menjadi satu-satunya sumber ilmu pengetahuan yang menyuapi siswa yang hanya
bersikap pasif. Dalam era perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
pesat seperti saat ini, guru tidak lagi berperan sebagai satu-satunya sumber
yang bertugas mentrasfer ilmu pengetahuan, Guru lebih dituntut untuk berperan
sebagai fasilitator yang membantu siswa memanfaatkan aneka sumber belajar yang
tersedia. Untuk tentu saja guru perlu memiliki kemampuam yamg baik dalam mengelola
aktiovitas pembelajaran.
Aktivitas
Pemebelajaran yang terjadi di sekolah cenderung memberi beban belajar yang
berlebihan sehingga membuat anak tidak memliki waktu lagi untuk bermain, Guru
tidak mampu mebuat proses belajar menjadi suatu proses yang menyenangkan yang
dapat meningkatkan kegairahan siswa untuk menggali dan membangun ilmu
pengetahuan dalam dirinya. Beban belajar yang berlebihan cenderung membuat
trauma sehingga penyelesaian pekerjaan rumah (homework) seringkali
hanya ditujukan untuk “survival” semata. Belajar tidak lagi
terjadi karena dorongan instrinsik, tapi lebih banyak dipengaruhi oleh factor
punishment.
Keempat masalah
belajar yang terjadi pada dasarnya saling terkait satu sama lain, Masalah ini
berakibat langsung terhadap rendahnya kualitas hasil bejar yang dicapai oleh
siswa setelah mengikuti aktivitas pembelajaran di sekolah.
Dave
Meier (2000) mengemukakan masalah–masalah yang berlangsung di
sekolah dengan istilah – istilah sebagai berikut :
Boring
lectures – ceramah yang membosankan
Pour and
snore – menyuapi dan siswa tertidur
Closed
system – sistem tertutup
Competition
between learners – kompetisi diantara siswa
Joylessness – tidak menyenangkan
University – seragam
Dogmatic – dogmatik
Passive
learners – siswa pasif
Reptilian
brain approach – menakut-nakuti atau mengancam
C. Prinsip-Prinsip
yang Mendasari Accelerated Learning
Accelerated
Learning merupakan sebuah pendekatan alternatif yang
dapat digunakan untuk mengatasi masalah-masalah yang terkait dengan
pembelajaran di sekolah. Implementasi Accelerated Learning menurut
Penulis buku ini didasari oleh beberapa prinsip penting yaitu :
Keterlibatan
total individu akan meningkatkan hasil belajar
Belajar bukan
merupakan proses yang bersifat pasif dalam menyimpan pengetahuan tapi proses aktif
menciptakan pengetahuam
Kolaborasi
diantara siswa akan meningkatkan hasil belajar.
Belajar yang
berpusat pada aktivitas jauh lebih baik dari pada belajar yang hanya menekankan
pada aktivitas presentasi semata.
Peristiwa
belajar yang menekanjkan pada belajar aktivitas jauh lebih efektif dari pada
belajar yang menekankan pada aktivitas presentasi
Berdasarkan
prinsip-prinsip tersebut menurut Meier implemetasi Accelerated
Learning memiliki beberapa karakteristik utama yaitu :
Flexible – luwes
Joyful – menyenangkan
Multi-pathed – multi jalur
Ends-centered – berpusat pada tujuan
Collaborative – kolaboratif
Humanistic – manusiawi
Multi-sensory – multi sensor
Nurturing – menumbuhkan
Activity-centered – berpusat pada aktivitas
Mental/emotional – menggunakan mental emosional
Result
based – berdasar pada hasil
Kita dapat
membandingkan karakterisitik Accelerated Learning dengan
karakteristik pembelajaran tradisional agar dapat memahami praktek Accelerated
Learning dengan baik. Karakteristik pembelajaran tradisional yaitu :
Rigid – kaku
Serious -serius
Single
pathed – jalur tunggal.
Means
centered – berorientasi pada alat
Competitive – kompetitif
Behavioral – bersifat behavioristik
Verbal – hanya ceramah
Controlling – belajar sangat terkendali
Material
centered – berpusat pada materi
Mental
(cognitive) – menekankan pada mental / kognitif semata
Time
based – berbasis waktu
Implentasi Accelerated
Learning dalam aktivitas belajar dan pelatihan memerlukan adanya
perubahan yang bersifat sistemik dan holistik. Penulis berpendapat bahwa
perubahan secara mendasar perlu dilakukan karena kondisi pendidikan saat ini
sudah sangat bersifat mekanistik yang disebabkan oleh terlalu lamanya
pendekatan behavioristik digunakan. Menurut Penulis pendekatan behavioristik
telah meracuni proses pendidikan selama ini karena hanya merupakan pabrik yang
menghasilkan robot-robot yang dibutuhkan oleh dunia kerja. Hal tersebut
dikemukakan oleh Meier sebagai berikut :
“ Our
school are, in a sense, factories in which the raw products (children) are to
be shaped and fashioned to meet the various demands of life…Behaviorism – the
belief that all learning consists of a stimulus / response, carrot –and –stick
training and that only observed behavior is worthy of study – has had a
disastrous influence on 20 th century perceptions,” (hal. 38)
D. Tahap –
Tahap Belajar
Maier
berpendapat bahwa dalam melakukan aktivitas belajar, individu pada dasarnya
melalui empat tahap penting yaitu :
Persiapan (preparation)
Presentasi (presentation)
Latihan (practice)
Performa (performance)
Proses belajar
dimulai dari adanya minat untuk mempelajari sesuatu. Untuk melakukan aktivitas
belajar, individu melakukan persiapan yang relevan dengan usaha yang diperlukan
untuk melakukan aktivitas belajar. Adanya minat untuk mempelajari suatu
pengetahuan atau keterampilan diikuti dengan tahap berikutnya yaitu presentasi.
Dalam tahap ini individu mulai berkenalan dengan pengetahuan dan keterampilan
yang diminati untuk dipelajari.
Tahap
selanjutnya adalah tahap latihan atau practice. Pada tahap ini individu mulai
mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan yang dipelejari dengan
pengetahuan dan keterapilan yang telah dikuasai sebelumnya. Tahap akhir dari
proses belajar adalah tahap saat individu memperlihatkan performa melalui
aplikasi pengetahuan dan keterampilan yang telah dipelajari dalam situasi yang
nyata.
E. Riset
Tentang Otak dan Akselerasi Belajar
Riset tentang
otak mempunyai peran penting dalam konsep akselarasi belajar. Untuk dapat
mengimplementasikan Accelerated Learning dengan baik,
pengetahuan tentang otak dan belajar dangat perlu diperhatikan. Riset tentang
peran otak dalam aktivitas belajar manusia belakangan berkembang sangat pesat
melebihi yang telah dilakukan sebelumnya. Sama dengan organ tubuh manusia yang
lainnya, otak memperlihatkan kinerja yang luar biasa mengagumkan. Otak telah
memberikan kontribusi yang luar biasa terhadap perkembangan dan kemajuan
peradaban manusia. Otak, menurut Meier, tidak pernah berhenti sedektikpun untuk
mengungkap tabir pengetahuan dan kehidupan.
Hasil riset
mutakhir tentang otak memperlihatkan dan belajar menunjukkan bahwa otak terdiri
dari dua belahan (hemisphere) yaitu belahan otal bagian kiri (left
hemisphere) dan belahan otak bagian kanan (right brain
hemisphere). Belahan otak bagian kiri terkait dengan hal-hal yamg
bersifat logis dan sistematis. Sedangkan belahan otak bagian kanan lebih banyak
berhubungan dengan aktivitas yang bersifat kreatif.
Selama ini
aktivitas pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah lebih banyak menekankan pada
penggunaan belahan otak kiri yang membuat individu berfikir logis dan
sistematis berdasarkan aturan-aturan yang telah baku. Belahan otak kanan yang
merupakan otak kreatif tidak dimanfaatkan secara optimal untuk menciptakan
sesuatu yang bersifat innovatif.
Riset lain
tentang peran otak dalam aktivitas belajar menhasilkan sebuah teori baru yaitu “triune
theory”. Menurut teori ini Otak dibagi menjadi tiga bagian yaitu :
The
neocortex
The
Neocortex merupakan bagian yang berisi 80 – 85 % massa
otak manusia. Bagian ini merupakan esensi dari fungsi aktivitas mental tinggi
(analisis, kreativitas). Bagian ini yang membuat manusia unik dibandingkan
mahluk lain dimula bumi.
The
lymbic system
The
lymbic system adalah pusat emosi manusia. Bagian otak ini
disebut sebagai bagian sosioemosional. The lymbic system juga
memiliki bagian esensial yang berperan dalam memori jangka panjang (long
term memory) manusia.
The brain
stem
The brain
stem dikenal juga dengan sebutan otak reptil atau the
reptilian brain berperan dalam mengendalikan fungsi tubuh yang
bersifat otomatis seperti detak jantung, pernafasan dan pencernaan. Bagai
berkaitan juga dengan sifat instinktif manusia. Otak ini akan bekerja jka
manusia mendapat ancaman. Bagian otak ini akan melindungi manusia agar tetap
hidup (survive).
Manusia
harus dapat menyeimbangkan peran semua bagian otak. Dalam belajar bagian neocortexharus
selalu dominan karena merupakan bagian otak yang terkait dengan fungsi
berfikir tingkat tinggi seperti analisis, sintesis dan kreativitas.
Triune
theory mengemukakan bahwa “A Sense of
Joy” yaitu belajar harus dalam kondisi yang menyenangkan.
Menurut triune
theory proses belajar akan menjadi lebih cepat dan mendalam apabila
seluruh otak terlibat didalamnya. Manakala perasaan seseorang sedang dalam
kondisi positif, maka dia akan berada dalam keadaan relaks. Dia akan
menggunakan neocortex – otak untuk belajar. Sebaliknya,
manakala seseorang berada dalam situasi negatif, individu akan menggunakan otak
reptil – untuk “survive” maka proses belajar akan melambat dan bahkan berhenti.
F. Manfaat
Implementasi Accelerated Learning
Menurut penulis
implementasi Accelerated Learning memberikan keuntungan (benefits) dalam
hal:
Ignite
your creative imagination – menciptakan
imajinasi kreatif siswa
Get
learner totally involved – membuat siswa
terlibat total
Create
healthier learning environments –
menciptakan lingkungan belajar yang sehat
Speed and
enhance learning – mempercepat dan memperkaya belajar
Improve
retention and job performance –
meningkatkan daya ingat dan performa
Speed the
design process – memepercepat proses rancangan belajar
Build
effective learning communities –
membangun masyarakat belajar yang efektif
Greatly
improve technology-driven learning –
meningkatkan penggunaan teknologi dalam pembelajaran
Adapun persiapan
dalam implementasi Accelerated Learning adalah
sebagai
berikut :
Get
learners out of a passive or resistant mental state – Menyiapkan mental siswa menjadi aktif.
Remove
learning barriers – Menghapus hambatan-hambatan dalam belajar.
Arouse
learners’ interest and curiosity –
Meningkatkan minat dan rasa ingin tahu siswa
Give
learner positive learning about, and a meaningful relationship with, the
subject matter – Membuat siswa berfikir prositif tentang materi
pelajaran
Create
active learners who inspired to think, learn, create, and grow – Ciptakan siswa yang akti yang dapat berfikir dan mencipta
Get
people out of isolation and into a learning community – Buat siswa keluar dari isolasi dan ajaklah mereka melihat
masyarakat disekitar
G. Penutup
Aktivitas
pembelajaran yang dilakukan di sekolah perlu mempertimbangkan teori
pembelajaran akselerasi yang dapat membuat proses belajar tidak lagi merupakan
suatu yang menakutkan.
Faktor lain yang
menjadi syarat untuk mewujudkan perilaku yang kreatif adalah perasaan bebas.
Orang yang berfikir bebas pada umumnya akan mampu menemukan kemungkinan –
kemungkinan yang dapat digunakan sebagai alternatif -alternatif untuk menemukan
solusi dalam menyelesaikan suatu masalah.