Selasa, 26 Maret 2013

PENELITIAN KUANTITATIF


PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN RECIPROCAL TEACHING
 ( PENGAJARAN TERBALIK ) TERHADAP HASIL BELAJAR KEWIRAUSAHAAN SISWA KELAS XI AP DI SMK
SRI LANGKAT TANJUNG PURA
 TAHUN AJARAN 2011 / 2012

I R D A  S U R I A N I
ABSTRAK
            Masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada perbedaan hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran reciprocal teaching (pembelajaran terbalik) dan model pembelajaran konvensional pada mata pelajaran kewirausahaan kelas XI AP SMK Sri Langkat Tanjung Pura tahun pembelajaran 2011/2012”.Pengambilan sampel dilakukan secara random sampling yaitu kelas XI-A sebagai kelas eksperimen dan kelas XI-B sebagai kontrol. Instrumen yang digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa berbentuk tes pilihan berganda sebanyak 20 item soal.Hasil analisis data menunjukkan bahwa nilai rata-rata postest siswa kelas eksperimen = 65,625 dengan S = 8,33, dan nilai rata-rata postest siswa kelas kontrol = 59,875 dengan S = 8,50, hipotesis dalam penelitian diuji dengan uji t, thitung sebesar 3,111 sedangkan ttabel sebesar 1,667 pada taraf α = 0,05 dan interval kepercayaan 95% dengan dk = 39. Dengan demikian thitung > ttabel yaitu 3,111 > 1,667 berarti hipotesis alternatif atau Ha diterima atau Ho ditolak.Dengan demikian disimpulkan berdasarkan hasil perhitungan di atas bahwa ada perbedaan hasil belajar yang positif dan signifikan dalam pembelajaran yang menggunakan pembelajaran terbalik dan pembelajaran langsung pada mata pelajaran ekonomi kelas XI AP SMK Sri Langkat Tanjung Pura tahun pembelajaran 2011/2012.

Kata Kunci   :  Model Pembelajaran Reciprocal Teaching (Pembelajaran Terbalik) dan Hasil Belajar Siswa

ABSTRACT
            The problem of this study is whether the difference between study results that using reciprocal teaching and direct instruction in the eyes of economic studies class XIAP  SMK Sri Langkat  in 2011/2012 school year. The aim of this study is to know the difference of students results that using reciprocal teaching and direct instruction.The results of the data analysis shown that the average of postest score in experiment class was 65,625 with S = 8,33. And the average of postest score in controll class was 59,875 with S = 8,50. The hypotesis test using t-test, taccount was 3,111 and ttable was 1,667 at α = 0,05 and credible interval in 95% and dk = 39. It means taccount > ttable since 3,111 > 1,667 and Ha is accepted or Ho is denied.Thus, this study can be calculated that there is the positive and significant difference of students results that using reciprocal teaching and direct instruction on economic class XIAP SMK Sri Langkat Tanjung Pura in 2010/2011 school year.

Keyword   :    Reciprocal Teaching, Direct Instruction and The Student Results

PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan sebagai kunci pokok untuk mencapai cita-cita suatu bangsa, karena pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas. Oleh karena itu hendaknya dikelola dengan baik kualitas maupun kuantitasnya. Untuk dapat mewujudkan itu banyak hal yang harus diperhatikan mulai dari pengadaan tenaga pendidik sampai pada usaha peningkatan kualitas pendidikan.
Menurut Rahman (2008:453) Masalah kualitas pendidikan merupakan salah satu masalah krusial di bidang pendidikan yang sedang dihadapi oleh negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Selain masalah-masalah kuantitas, masalah efektivitas, masalah efisiensi, dan masalah relevansi merupakan masalah yang dihadapi bidang pendidikan di Indonesia.
Kualitas pendidikan yang masih rendah di Indonesia menjadi sorotan tajam berbagai pihak. Berbagai upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah dalam mewujudkan kualitas pendidikan, mulai dari merevesi hingga mengubah kurikulum, pengadaan buku, sarana pendidikan, manajemen pendidikan di sekolah, menyelenggarakan pelatihan-pelatihan dan peningkatan kompetensi guru, karena guru merupakan unsur yang mempunyai peranan penting dalam mewujudkan proses belajar mengajar (PBM) yang berkualitas sehingga dapat meningkatkan mutu pendidikan.
Dari pengamalan peneliti selama  melaksanakan program pengalaman lapangan (PPL) di SMK SRI Langkat Tanjung Pura, model pembelajaran dalam  Kewirausahaan yang seringkali diterapkan adalah model pembelajaran konvensional yang bentuk pembelajarannya bersifat satu arah. Pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran yang terpusat dari guru dimana guru kurang melibatkan siswa dalam kegiatan pembelajaran, guru lebih banyak memberikan informasi-informasi sedangkan siswa kurang diberi kesempatan untuk mengeksplorasi pengetahuannya. Pengalaman siswa terbatas hanya sekedar mendengarkan dan masih rendahnya pengembangan proses berfikir siswa. Sehingga siswa kurang aktif dalam berfikir, memberikan ide-ide, kurang percaya diri dalam kegiatan proses belajar mengajar (PBM).
Sistem pembelajaran yang demikian dapat menimbulkan rasa jenuh bagi peserta didik bahkan dapat menimbulkan rasa tidak suka terhadap pelajaran tersebut sehingga tidak maksimal menyerap materi pembelajaran yang sedang berlangsung. Hal ini dapat terlihat dari rendahnya nilai hasil belajar siswa pada mata diklat mail handling yang hanya mencapai nilai rata-rata 60,00 sedangkan nilai ketuntasan yang harus dicapai siswa minimal 70,00 berdasarkan Standart Ketuntasan Nilai (SKN) yang telah ditetapkan.
Berdasarkan masalah yang dikemukakan di atas maka perlu dikembangkan model pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa melalui pembelajaran yang melibatkan keaktifan siswa secara langsung. Hal ini dapat dilakukan dengan menerapkan berbagai strategi pemahaman mandiri, seperti menemukan masalah untuk dirinya, saling mendiskusikan masalah tersebut dengan teman-temannya, berusaha berfikir sendiri dan mempersiapkan diri jika sewaktu-waktu guru menujuuk siswa tampil di depan kelas. Dalam konteks tukar menukar pengetahuan, mengajukan dan menjawab pertanyaan, komunikasi interaktif antar sesama siswa, antar siswa dengan guru mampu memprediksikan persoalan selanjutnya, merupakan strategi pokok dalam model pembelajaran Reciprocal Teaching (pengajaran terbalik).
Sriyanti dan Marlina (2005:118) pembelajaran terbalik memiliki manfaat agar tujuan pembelajaran tercapai melalui kegiatan belajar mandiri sehingga peserta didik mampu menjelaskan temuannya kepada pihak lain.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran terbalik didasari pengalaman belajar siswa dalam memahami bacaan dengan lebih menyenangkan, sehingga dapat mendukung aktivitas belajar siswa di kelas seperti terjadinya dialog antar siswa.
Model pembelajaran Reciprocal Teaching (pengajaran terbalik), mempunyai keunggulan tersendiri yaitu lebih mengutamakan peran aktif siswa, siswa mampu memahami dengan berfikir kreatif terhadap tantangan yang dihadapkan untuk berikutnya, siswa yang lebih pintar membantu siswa yang kurang pintar sehingga terjadi interaktif antar sesama siswa, hal ini akan meningkatkan hasil belajar siswa. Dengan Model Pembelajaran Reciprocal Teaching (pengajaran terbalik) diharapkan siswa tidak hanya sebagai pendengar tetapi siswa juga dapat terlibat secara aktif pada saat proses belajar mengajar.
METODE PENELITIAN
Lokasi Penelitian
            Penelitian ini dilakukan di SMK Sri Langkat Tanjung Pura yang terletak dijalan Madrasah No.7 kel.Pekan Tanjung Pura Kec.Tanjung Pura Kab.langkat dilaksanakan penelitian pada semester ganjil tahun pembelajaran 2011/2012.Populasi adalah keseluruhan dari obyek yang akan diteliti. Yang menjadi populasi dalam penelitian ini ialah seluruh siswa kelas XI AP SMK Sri Langkat Tanjung Pura Tahun Ajaran 2011/2012, yaitu sebanyak 120 orang yang terdiri dari 3 kelas.Sampel adalah sebagian atau keseluruhan secara random sampling. Pada penelitian ini  kelas XI-A yang berjumlah 40 siswa ditetapkan menjadi kelompok siswa yang mendapatkan pembelajaran terbalik (kelas eksperimen) dan kelas XI-B yang berjumlah 40 siswa ditetapkan menjadi kelompok yang mendapatkan model pembelajaran konvensional (kelas kontrol).
 Metode
Dalam penelitian ini subjek dibagi atas dua kelompok, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol dimana kedua kelas ini mendapat perlakuan yang berbeda. Kelas eksperimen adalah kelas yang diberikan model pembelajaran terbalik sedangkan kelas kontrol adalah kelas yang diberi model pembelajaran konvensional. Kedua kelompok diberi materi yang sama sesuai dengan tahapan-tahapan kegiatannya. Sebelum memulai perlakuan kedua kelas tersebut diberi test awal dengan 20 butir soal yang sama dan setelah melakukan perlakuan kedua kelas diberi lagi test akhir pada masing-masing kelas. Seperti dalam tabel berikut: desain penelitian


no                          Kelas                         Tes Awal               Perlakuan          Tes Akhir
1.                   Kelas Eksperimen                      T1                                    X1                                 T2
2.                   Kelas Kontrol                             T1                                    X2                                 T2
Dimana:
X1 = Model Pembelajaran terbalik
X2 = Model Pembelajaran langsung
            T1 = Tes Awal (pre test)
            T2 = Tes Akhir (post test)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
           
Sebelum penelitian ini dilaksanakan, peneliti telah terlebih dahulu mengujicobakan tes pada kelas lain untuk melihat validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran soal, dan daya pembeda tes.
            Setelah tes diujicobakan kepada 40 orang siswa diperoleh 20 soal dinyatakan valid, keseluruhan soal dinyatakan reliabel. Berdasarkan tingkat kesukaran soal diperoleh 1 soal kategori mudah dan 19 soal kategori sedang. Berdasarkan daya beda pembeda tes diperoleh 8 soal kategori cukup, 9 soal kategori baik, 1 soal kategori sangat baik, dan 2 soal kategori jelek.
            Berdasarkan data hasil penelitian dengan jumlah sampel 80 orang siswa yang terdiri dari 2 kelas, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol yang diberi perlakuan yang berbeda, kelas eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran reciprocal teaching (pembelajaran terbalik) dan kelas kontrol menggunakan model pembelajaran konvensional.
            Pada awal penelitian ini diberikan pretest kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Diperoleh nilai rata-rata untuk kelas eksperimen 39,375 dan untuk kelas kontrol diperoleh nilai rata-rata 38. Dari hasil pretest terlihat bahwa hasil belajar siswa sebelum diterapkan pengajaran dengan model pembelajaran reciprocal teaching (pembelajaran terbalik) dan model pembelajaran konvensional tergolong rendah dan homogen.
            Berdasarkan hasil penelitian uji homogenitas data pretest tidak terdapat perbedaan kedua varians atau kedua sampel homogen dimana Fhitung = 1,079 <  Ftabel 1,705 sedangkan untuk data postest diperoleh Fhitung = 1,041 < Ftabel 1,705 yang berarti data postest memiliki varians yang homogen juga. Sehingga dapat disimpulkan bahwa data pretest dan data postest memiliki varians yang homogen.
            Dari hasil analisis data pretest diperoleh nilai Lo = 0,1304 untuk kelas eksperimen dan Lo = 0,1264 untuk kelas kontrol. Sedangkan untuk data postest diperoleh Lo = 0,1279 untuk kelas eksperimen dan Lo = 0,1210 untuk kelas kontrol. Dimana nilai-nilai Lo tersebut diatas lebih kecil dari nilai Ltabel yaitu 0,1401 sehingga disimpulkan bahwa data berdistribusi normal.
Indikator yang pertama keputusan dengan No. Item soal tes 1,2,3,4,5 dan 6 diperoleh nilai rata-rata jawaban sebesar 2,43 dikategorikan tinggi karena berada pada skala nilai 2,36 – 3,03. Indikator yang kedua tingkat pengambilan keputusan dilihat dengan No. Item soal tes 7 yaitu nilai rata-rata jawaban siswa sebesar 2,30 dikategorikan cukup karena berada pada skala nilai 1,68 – 2,35. Indikator ketiga proses pengambilan keputusan dengan No.Item soal  8,9,10,11,12, dan 13 yaitu dengan nilai rata – rata jawaban siswa sebesar 2,54 Dikategorikan tinggi karena berada pada skala 2,36 – 3,03. Indikator keempat aspek pengambilan keputusan dengan No.Item soal tes 14,15,16,17,dan 18 yaitu nilai rata – rata jawaban siswa 2,31 dikategorikan cuku karena berada pada skala nilai 1,68 – 2,35. Indicator kelima yaitu sistem kepuasan dalam pengambilan keputusan dengan No.Item 19 dan 20 yaitu nilai rata – rata jawaban siswa sebesar 2,25 dikategorikan cukup karena berada pada skala nilai 1,68 – 2,35.  
Dari hasil penelitian mengungkapkan bahwa ada pengaruh yang signifikan hasil belajar siswa yang diajarkan melalui model pembelajaran reciprocal teaching (pembelajaran terbalik). Hal ini dapat dilihat dari rata-rata nilai pre test siswa sebesar 51,25 dengan standar deviasi sebesar 8,9.
Dari hasil pemberian postest pada kedua kelas diperoleh nilai rata-rata postest kelas eksperimen adalah 65,625 dan nilai rata-rata kelas postest kelas kontrol adalah 59,875.
            Dari hasil penelitian ini diperoleh bahwa terdapat perbedaan yang berarti antara hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran reciprocal teaching (pembelajaran terbalik) dan model pembelajaran konvensional pada mata pelajaran kewirausahaan. Serta adanya peningkatan hasil belajar siswa setelah dilakukan pembelajaran dengan model pembelajaran reciprocal teaching (pemebelajaran terbalik), karena model pembelajaran reciprocal teaching (pemebelajaran terbalik) merupakan suatu model pembelajaran yang mewujudkan pembelajaran yang efektif dengan kegiatan belajar mandiri siswa. Dan pembelajaran reciprocal teaching (pemebelajaran terbalik) merupakan salah satu model pembelajaran yang memiliki manfaat agar tujuan pembelajaran tercapai melalui kegiatan belajar mandiri sehingga peserta didik mampu menjelaskan temuannya kepada pihak lain serta dapat meningkatkan kemampuan peserta didik dalam belajar mandiri. Hal ini ditunjukkan dari hasil uji hipotesis pada taraf signifikan 95% dan derajat kebebasan (dk) = n1 + n2 – 2, dimana nilai thitung  dengan menggunakan data postest maka diketahui bahwa thitung > ttabel.
            Selanjutnya berdasarkan hasil perhitungan uji t ataupun uji beda thitung = 3,111 > ttabel = 1,667 (hasil interpolasi) pada taraf kepercayaan 95% atau α = 0,05. Kriteria pengujian menentukan bahwa bila thitung > ttabel. Dengan demikian hasil perhitungan uji t mendukung bahwa hipotesis yang dirumuskan dapat diterima kebenarannya. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar kewirausahaan siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran reciprocal teaching (pemebelajaran terbalik) lebih tinggi dibandingkan dengan yang menggunakan model pembelajaran konvensional di kelas XI AP   SMK Sri Langkat Tanjung Pura Tahun Pelajaran 2011/2012.


KESIMPULAN DAN SARAN
 Kesimpulan

            Berdasarkan tujuan penelitian dan hasil penelitian pada bab sebelumnya maka pada bab ini peneliti dapat mengambil kesimpulan yaitu:
1.      Nilai rata-rata hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran reciprocal teaching (pemebelajaran terbalik) adalah 65,625.
Sedangkan nilai rata-rata hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran konvensional adalah 59,875.
2.      Berdasarkan hasil perhitungan uji hipotesis diperoleh bahwa thitung > ttabel atau 3,111 > 1,667. Sehingga dapat disimpulkan Ho ditolak dan Ha diterima. Ada pengaruh yang signifikan antara  model pembelajaran reciprocal teaching (pemebelajaran terbalik) terhadap hasil belajar kewirausahaan siswa di kelas XI AP SMK Sri langkat Tanjung pura Tahun pelajaran 2011/2012
3.      Hasil belajar siswa yang diajar dengan model pembelajaran reciprocal teaching (pemebelajaran terbalik) lebih baik dari pada hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran konvensional pada mata pelajaran kewirausahaan di kelas XI AP SMK Sri Langkat Tanjung Pura Tahun Pelajaran 2011/2012.
4.      Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran menggunakan model pembelajaran reciprocal teaching (pemebelajaran terbalik) lebih baik dari pada model pembelajaran konvensional.

 
 

Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, peneliti menyampaikan saran sebagai berikut:
1.      Diharapkan kepada guru hendaknya dapat menerapkan model pembelajaran reciprocal teaching (pembelajaran terbalik) untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran di kelas sebagai variasi guru mengajar terutama untuk materi yang bersifat teori atau berupa wacana.

2.      Guru hendaknya merancang skenario pembelajaran yang tepat, agar proses pembelajaran berlangsung efektif, efesien, dan berhasil
3.      Yayasan maupum kepala sekolah hendaknya lebih mendorong guru lebih inovatif dalam meningkatkan dan menggunakan sebagai penggunaaan variasi model pembelajaran dalam proses belajar mengajar sebagai sarana untuk menunjang pelajaran.

4.      Perlu diadakan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui cara meningkatkan hasil belajar dengan menggunakan model pembelajaran reciprocal teaching (pemebelajaran terbalik) sebagai upaya meningkatkan hasil belajar siswa dengan cara memodifikasi desain atau rancangan penelitian sehingga diperoleh perubahan-perubahan yang positif dan signifikan.



DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2008. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara
Abdurrahman, Mulyono. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta : Rineka Cipta
Allen,S.2003. An analitytic comparison of three models of reading strategynistrution .        IRAL: international Review of Appalied Linguistitics in Language Teaching. 41   (4), 319-339. The University of Georgia,             America.http://projects.coe.uga.Edu/eplttindex.phptitle.reciprocal teaching,           diakses pada tanggal 06 september 2011
Aunurrahman. 2009. Belajar Mengajar. Bandung : Alfabeta
Barthos, Basir. 2003. Manajemen Kearsipan, Jakarta : Kencana
Bloom, S Benjamin .2011. http://id.wikipedia.org/wiki/Taksonomi_Bloom
                    (Diakses Tanggal 22 September 2011)
Debdiknas. 2008. Pembelajaran Konvensional. http://ioptes.wordpress.com. (Diakses        tanggal 10 April 2011)
Dimyati dan Mujiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta
Djamarah, Syaiful Bahri dan Azwan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta :         Rineka Cipta
Dyah C.S. Indrawaty dan Ratna Andry Astuty. 2008. Pndidikan bagi anak berkesulitan belajar. Semarang : Tiga Serangkai
Geer, R. Douglas. 2003. Designing Tealhing Strategies. California Academic Press
Gulo, W. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Grasindo
Purwanto. 2007. Pengaruh Konsekuensi Perilaku dan Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, No. 069, Tahun ke-13, November 2007, Hal 1027. Jakarta: Badan Penelitian Dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional
Trianto.2007. Model-Model Pembelajaran Innovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta : Prestasi Pustaka.


Jumat, 11 Januari 2013

PEMBELAJARAN AKSELERASI (ACCELERATED LEARNING)


PEMBELAJARAN AKSELERASI (ACCELERATED LEARNING)

Makalah MaTEORI BELAJAR DAN PEFadli
A. Pendahuluan
Belajar merupakan suatu proses internalisasi pengetahuan dalam diri individu. Aktivitas belajar akan berlangsung efektif apabila seseorang yang belajar berada dalam keadaan positif dan bebas dari tertekan  (presure). Selama ini proses belajar yang berlangsung di sekolah maupun program-program pelatihan yang diselenggarakan cenderung berlangsung dalam suasana yang monoton dan membosankan. Dalam kondisi ini guru hanya menuangkan ilmu pengetahuan kedalam kepala siswa yang berlaku pasif  yang dikenal  dengan istilah “pour and snoor”. Materi yang diajarkan hanya diceramahkan tanpa ada upaya untuk melibatkan potensi siswa untuk berfikir dan memberi respon terhadap pengetahuan yang ditransfer. Kadang–kadang aktivitas belajar disertai dengan ancaman yang membuat siswa cenderung mencari selamat. Aktivas belajar seperti ini, jelas tidak akan membuat pembelajar (learner) dapat menciptakan pengetahuan secara optimal.

Agar dapat mengatasi permasalahan tersebut banyak perubahan mendasar yang perlu dilakukan agar dapat membantu siswa mengembangkan potensi yang dimiliki menjadi kompentesi aktual.  Perubahan mendasar yang perlu dilakukan mencakup penggunaan strategi dan metode pembalajaran yang dapat menjadikan proses belajar bukan lagi sebuah proses yang menakutkan tapi menjadi sebuah proses yang menyenangkan (fun) dan dapat membuat seseorang berkreasi dengan pengetahuan yang dipelajarinya.
Tulisan ini akan membahas sebuah buku tentang pembelajaran akselerasi atau Accelerated Learning(AL). Buku yang dibahas dalam tulisan ini berjudul “The Accelerated Learning Handbook : a Creative Guide to Designing and Delivering Faster, More Effective Training Programs”.Dave Meier (2000) membahas secara rinci tentang cara yang diperlukan untuk membuka tirai kreativitas, sehingga setiap individu dapat memanfaatkan  potensi yang dimiliki untuk menyelesaikan masalah secara kreatif.
Accelerated Learning sebagai cara untuk menciptakan aktivitas belajar menjadi sebuah proses yang  menyenangkan. Accelerated Learning merupakan pendekatan belajar yang lebih maju dari pada yang digunakan saat ini. Implementasi Accelerated Learning pada proses belajar di sekolah  dapat memberikan beberapa keuntungan.  Accelerated Learning didasarkan riset terakhir tentang perkembangan otak dan belajar. Saat ini Accelerated Learning digunakan dengan memanfaatkan metode dan media yang bervariasi dan bersifat terbuka serta fleksibel.
B. Masalah dalam Proses Belajar di Sekolah
Dalam bagian awal buku ini  Penulis – Meier – memberikan opini tentang masalah -masalah belajar yang sering terjadi di dalam pelaksanaan aktivitas belajar disekolah. Masalah – masalah yang kerap terjadi di sekolah adalah :
Materi ajar yang tidak bermakna.
Belajar hanya berisi ceramah yang membosankan.
Guru hanya menyuapi (spoon feeding) siswa dengan pengetahuan yang bersifat superficial.
Proses belajar bukan merupakan proses yang menyenangkan  tapi menakutkan.
Proses belajar yang berlangsung di sekolah menurut penulis cenderung tidak memberikan pengetahuan tentang manfaat pengtahuan yang dipelajari. Bahan yang harus dipelajari hanya bersifat hafalan-hafalan tanpa makna. Siswa tidak diajak untuk memanfaatkan potensi yang dimiliki untuk membangun pengetahuan yang mempunyai makna sesuai kebutuhan dan kemampuan. Materi pelajaran yang dipelajari seringkali tidak dikaitkan dengan dunia dan lingkungan tempat anak tumbuh dan berkembang.
Metode pembelajaran yang digunakan oleh guru seringkali tidak variatif dan hanya merupakan ceramah yang panjang dan membosankan. Penggunaan metode ceramah memang tidak selamanya buruk, tetapi ceramah bukan satu-satunya cara yang dapat membuat proses pembelajaran berlangsung optimum. Guru perlu  memiliki kemampuan dalam menggunakan metode pembelajaran yang variatif yang lebih banyak melibatkan siswa.
Guru seringkali menjadi satu-satunya sumber ilmu pengetahuan yang menyuapi siswa yang hanya bersikap pasif. Dalam era perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat seperti saat ini, guru tidak lagi berperan sebagai satu-satunya sumber yang bertugas mentrasfer ilmu pengetahuan, Guru lebih dituntut untuk berperan sebagai fasilitator yang membantu siswa memanfaatkan aneka sumber belajar yang tersedia. Untuk tentu saja guru perlu memiliki kemampuam yamg baik dalam mengelola aktiovitas pembelajaran.
Aktivitas Pemebelajaran yang terjadi di sekolah cenderung memberi beban belajar yang berlebihan sehingga membuat anak tidak memliki waktu lagi untuk bermain, Guru tidak mampu mebuat proses belajar menjadi suatu proses yang menyenangkan yang dapat meningkatkan kegairahan siswa untuk menggali dan membangun ilmu pengetahuan dalam dirinya. Beban belajar yang berlebihan cenderung membuat trauma sehingga penyelesaian pekerjaan rumah (homework) seringkali hanya ditujukan untuk “survival” semata. Belajar tidak lagi terjadi karena dorongan instrinsik, tapi lebih banyak dipengaruhi oleh factor punishment.
Keempat masalah belajar yang terjadi pada dasarnya saling terkait satu sama lain, Masalah ini berakibat langsung terhadap rendahnya kualitas hasil bejar yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti aktivitas pembelajaran di sekolah.
Dave Meier (2000) mengemukakan masalah–masalah yang berlangsung di sekolah dengan istilah – istilah sebagai berikut :
Boring lectures – ceramah yang membosankan
Pour and snore – menyuapi dan siswa tertidur
Closed system – sistem tertutup
Competition between learners – kompetisi diantara siswa
Joylessness – tidak menyenangkan
University – seragam
Dogmatic – dogmatik
Passive learners – siswa pasif
Reptilian brain approach – menakut-nakuti atau mengancam
C. Prinsip-Prinsip yang Mendasari Accelerated Learning
Accelerated Learning merupakan sebuah pendekatan alternatif yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah-masalah yang terkait dengan pembelajaran di sekolah. Implementasi Accelerated Learning menurut Penulis buku ini didasari oleh beberapa prinsip penting yaitu :
Keterlibatan total individu akan meningkatkan hasil belajar
Belajar bukan merupakan proses yang bersifat pasif dalam menyimpan pengetahuan tapi proses aktif menciptakan pengetahuam
Kolaborasi diantara siswa akan meningkatkan hasil belajar.
Belajar yang berpusat pada aktivitas jauh lebih baik dari pada belajar yang hanya menekankan pada aktivitas presentasi semata.
Peristiwa belajar yang menekanjkan pada belajar aktivitas jauh lebih efektif dari pada belajar yang menekankan pada aktivitas presentasi
Berdasarkan prinsip-prinsip  tersebut menurut Meier implemetasi Accelerated Learning memiliki beberapa karakteristik utama yaitu :
Flexible – luwes
Joyful – menyenangkan
Multi-pathed – multi jalur
Ends-centered – berpusat pada tujuan
Collaborative – kolaboratif
Humanistic – manusiawi
Multi-sensory – multi sensor
Nurturing – menumbuhkan
Activity-centered – berpusat pada aktivitas
Mental/emotional – menggunakan mental emosional
Result based – berdasar pada  hasil
Kita dapat membandingkan karakterisitik Accelerated Learning dengan karakteristik pembelajaran tradisional agar dapat memahami praktek Accelerated Learning dengan baik. Karakteristik pembelajaran tradisional yaitu :
Rigid – kaku
Serious -serius
Single pathed – jalur tunggal.
Means centered – berorientasi pada alat
Competitive – kompetitif
Behavioral – bersifat behavioristik
Verbal – hanya ceramah
Controlling – belajar sangat terkendali
Material centered – berpusat pada materi
Mental (cognitive) – menekankan pada mental / kognitif semata
Time based – berbasis waktu
Implentasi Accelerated Learning dalam aktivitas belajar dan pelatihan memerlukan adanya perubahan yang bersifat sistemik dan holistik. Penulis berpendapat bahwa perubahan secara mendasar perlu dilakukan karena kondisi pendidikan saat ini sudah sangat bersifat mekanistik yang disebabkan oleh  terlalu lamanya pendekatan behavioristik digunakan. Menurut Penulis pendekatan behavioristik telah meracuni proses pendidikan selama ini karena hanya merupakan pabrik yang menghasilkan robot-robot yang dibutuhkan oleh dunia kerja. Hal tersebut dikemukakan oleh Meier sebagai berikut :
“ Our school are, in a sense, factories in which the raw products (children) are to be shaped and fashioned to meet the various demands of life…Behaviorism – the belief that all learning consists of a stimulus / response, carrot –and –stick training and that only observed behavior is worthy of study – has had a disastrous influence on 20 th century perceptions,” (hal. 38)
D. Tahap – Tahap Belajar
Maier berpendapat bahwa dalam melakukan aktivitas belajar, individu pada dasarnya melalui empat tahap penting yaitu :
Persiapan (preparation)
Presentasi (presentation)
Latihan  (practice)
Performa (performance)
Proses belajar dimulai dari adanya minat untuk mempelajari sesuatu. Untuk melakukan aktivitas belajar, individu melakukan persiapan yang relevan dengan usaha yang diperlukan untuk melakukan aktivitas belajar. Adanya minat untuk mempelajari suatu pengetahuan atau keterampilan diikuti dengan tahap berikutnya yaitu presentasi. Dalam tahap ini individu mulai berkenalan dengan pengetahuan dan keterampilan yang diminati untuk dipelajari.
Tahap selanjutnya adalah tahap latihan atau practice. Pada tahap ini individu mulai mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan yang dipelejari dengan pengetahuan dan keterapilan yang telah dikuasai sebelumnya. Tahap akhir dari proses belajar adalah  tahap saat individu memperlihatkan performa melalui aplikasi pengetahuan dan keterampilan yang telah dipelajari dalam situasi yang nyata.
E. Riset Tentang Otak dan Akselerasi Belajar
Riset tentang otak mempunyai peran penting dalam konsep akselarasi belajar. Untuk dapat mengimplementasikan Accelerated Learning dengan baik, pengetahuan tentang otak dan belajar dangat perlu diperhatikan. Riset tentang peran otak dalam aktivitas belajar manusia belakangan berkembang sangat pesat melebihi yang telah dilakukan sebelumnya. Sama dengan organ tubuh manusia yang lainnya, otak memperlihatkan kinerja yang luar biasa mengagumkan. Otak telah memberikan kontribusi yang luar biasa terhadap perkembangan dan kemajuan peradaban manusia. Otak, menurut Meier, tidak pernah berhenti sedektikpun untuk mengungkap tabir pengetahuan dan kehidupan.
Hasil riset mutakhir tentang otak memperlihatkan dan belajar menunjukkan bahwa otak terdiri dari dua belahan (hemisphere) yaitu belahan otal bagian kiri (left hemisphere) dan belahan otak bagian kanan (right brain hemisphere). Belahan otak bagian kiri terkait dengan hal-hal yamg bersifat logis dan sistematis. Sedangkan belahan otak bagian kanan lebih banyak berhubungan dengan aktivitas yang bersifat kreatif.
Selama ini aktivitas pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah lebih banyak menekankan pada penggunaan belahan otak kiri yang membuat individu berfikir logis dan sistematis berdasarkan aturan-aturan yang telah baku. Belahan otak kanan yang merupakan otak kreatif tidak dimanfaatkan secara optimal untuk menciptakan sesuatu yang bersifat innovatif.
Riset lain tentang peran otak dalam aktivitas belajar menhasilkan sebuah teori baru yaitu “triune theory”. Menurut teori ini Otak dibagi menjadi tiga bagian yaitu :
The neocortex
The Neocortex merupakan bagian yang berisi 80 – 85 % massa otak manusia. Bagian ini merupakan esensi dari fungsi aktivitas mental tinggi (analisis, kreativitas). Bagian ini yang membuat manusia unik dibandingkan mahluk lain dimula bumi.
The lymbic system
The lymbic system adalah pusat emosi manusia. Bagian otak ini disebut  sebagai bagian sosioemosional. The lymbic system juga memiliki bagian esensial yang berperan dalam  memori jangka panjang (long term memory) manusia.
The brain stem
The brain stem dikenal juga dengan sebutan otak reptil atau the reptilian brain berperan dalam mengendalikan fungsi tubuh yang bersifat otomatis seperti detak jantung, pernafasan dan pencernaan. Bagai berkaitan juga dengan sifat instinktif manusia. Otak ini akan bekerja jka manusia mendapat ancaman. Bagian otak ini akan melindungi manusia agar tetap hidup (survive).
Manusia  harus dapat menyeimbangkan peran semua bagian otak. Dalam belajar bagian neocortexharus selalu dominan karena merupakan bagian otak yang terkait dengan  fungsi berfikir tingkat tinggi seperti analisis, sintesis dan kreativitas.
Triune theory mengemukakan bahwa  “A Sense of Joy” yaitu belajar harus dalam kondisi yang menyenangkan.
Menurut triune theory proses belajar akan menjadi lebih cepat dan mendalam apabila seluruh otak terlibat didalamnya. Manakala perasaan seseorang sedang dalam kondisi positif, maka dia akan berada dalam keadaan relaks. Dia akan menggunakan neocortex – otak untuk belajar. Sebaliknya, manakala seseorang berada dalam situasi negatif, individu akan menggunakan otak reptil – untuk “survive” maka proses belajar akan melambat dan bahkan berhenti.
F. Manfaat Implementasi Accelerated Learning
Menurut penulis implementasi Accelerated Learning memberikan keuntungan (benefits) dalam hal:
Ignite your creative imagination – menciptakan imajinasi kreatif siswa
Get learner totally involved – membuat siswa terlibat total
Create healthier learning environments – menciptakan lingkungan belajar yang sehat
Speed and enhance learning – mempercepat dan memperkaya belajar
Improve retention and job performance – meningkatkan daya ingat dan performa
Speed the design process – memepercepat proses rancangan belajar
Build effective learning communities – membangun masyarakat belajar yang efektif
Greatly improve technology-driven learning – meningkatkan penggunaan teknologi dalam pembelajaran
Adapun persiapan dalam implementasi Accelerated Learning adalah sebagai               berikut :
Get learners out of a passive or resistant mental state – Menyiapkan mental siswa menjadi aktif.
Remove learning barriers – Menghapus hambatan-hambatan dalam belajar.
Arouse learners’ interest and curiosity – Meningkatkan minat dan rasa ingin tahu siswa
Give learner positive learning about, and a meaningful relationship with, the subject matter – Membuat siswa berfikir prositif tentang materi pelajaran
Create active learners who inspired to think, learn, create, and grow – Ciptakan siswa yang akti yang dapat berfikir dan mencipta
Get people out of isolation and into a learning community – Buat siswa keluar dari isolasi dan ajaklah mereka melihat masyarakat disekitar
G. Penutup
Aktivitas pembelajaran yang dilakukan di sekolah  perlu mempertimbangkan teori pembelajaran akselerasi yang dapat membuat proses belajar tidak lagi merupakan suatu yang menakutkan.
Faktor lain yang menjadi syarat untuk mewujudkan perilaku yang kreatif adalah perasaan bebas. Orang yang berfikir bebas pada umumnya akan mampu menemukan kemungkinan – kemungkinan yang dapat digunakan sebagai alternatif -alternatif untuk menemukan solusi dalam menyelesaikan suatu masalah.